Cerpen Persahabatan: Last Rainy (Dia yang selalu mencintai hujan)



Last Rainy (Dia yang selalu mencintai hujan)
Karya: Tania Erika
  



***
 

Hujan.
Hufth..Aku benci saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana aku menjadi seorang remaja cewek yang paling menderita. Setelah pulang sekolah harus berlanjut ekstra basket sampai sore seperti ini baru bisa pulang. Ditambah hujan deras, mama tidak bisa jemput,dan aku samasekali tidak membawa payung. Jadilah aku berdiri didepan sebuah toko yang sudah tutup tak jauh dari sekolah. Seorang diri. Sungguh menyebalkan!.
Aku merapatkan sweater yang kupakai dan menatap nanar pada rintik hujan.Samar-samar aku melihat seseorang berjalan dengan santainya dibawah hujan. Aku menajamkan pandangan. Itu Rere,teman sebangkuku yang paling pintar,cantik,dan paling pendiam bahkan lebih sering terlihat dingin sampai tak ada teman yang mau mendekatinya. Kecuali aku pastinya.
"Rere!" Panggilku. Kulihat ia menoleh kearahku tanpa respon apa-apa dan tatapannya itu yang membuat aku sebal. "Rere kamu ngapain hujan-hujanan? Besokkan seragamnya masih dipakai, kamukan mudah sakit? Lagipula..."
 "Aku masih punya seragam cadangan" potong Rere dengan nada suaranya yang datar dan ekspresi wajahnya yang... Judes! Sembari memegangi kepala,kebiasaannya. Rere berjalan begitu saja.
Kutatap tubuh kurusnya menjauh dengan seragam putih abu-abunya yang basah kuyup. Dasar bandel! Berulangkali aku melihatnya hujan-hujanan dan pasti setelah itu ia akan sakit.Rere memang sering membolos. Bukan karena malas,tetapi karena ia sering sakit.
***
Satu minggu berlalu dan Rere tidak berangkat sekolah. Lagi-lagi karena sakit. Dasar bandel!. Dan siang ini Ayah Rere memintaku untuk menemuinya di rumah mewah mereka.
"Tolong bujuk Rere. Tolong bujuk ia agar mau dioperasi.. Om sudah kehabisan cara untuk membujuknya" Kata ayah Rere.
 "Operasi? Memangnya Rere sakit apa,om?"
"Kanker otak..dan ada tumor di otaknya.." Ucap ayah Rere lirih.
Kedua mataku terbelalak. Kanker ? Otak? Kanker Otak?? Apa-
"Dia harus di operasi sebelum sel tumor itu merambah keseluruh tubuhnya,tolong bantu om.."
***
Aku duduk disamping tempat tidur Rere sembari menggenggam semangkuk bubur yang kusuapkan pada Rere, "Re..kenapa kamu gak pernah cerita ke aku tentang penyakit kamu..”
Rere terdiam sesaat. Lalu, "bukannya kamu sudah tahu ya? Aku demam dan sekarang aku flu"
"Bukan itu,Re! Tentang alasan kenapa kamu sering merasa pusing di sekolah,sering pingsan di sekolah,sering muntah dan tubuh kamu selalu lemas! Kanker itu, Re..."
Rere menghempas buku yang sedang ia baca, dan berkata dengan gugup. "Da-dari mana ka-kamu tahu ?"
 "Ayahmu..Ku mohon,Re..Kamu harus mau dioperasi.kamu tahu,aku anggap kamu sahabat aku..Aku sayang sama kamu,Re"
"Percuma,Cha..Aku udah hampir stadium akhir,gak ada gunanya aku dioperasi! Aku tinggal nunggu ajal jemput aku"
"Rere! Kamu jangan ngomong kayak gitu!"
"Memang kenyataannya seperti itu,Cha! Aku udah gak punya tujuan untuk hidup.. Kanker ini yang merebut semua kebahagiaan aku! Samasekali gak ada guna apa-apa aku dioperasi,Cha"
"Setidaknya kamu mau berusaha,Re..Please..demi orang yang sayang sama kamu"
Kutatap Rere yang meneteskan air mata. "Jangan nangis.. karna aku tahu, Rere adalah remaja cewek yang sangat tangguh" Kataku.
***
5 jam sudah aku menunggu di depan ruang operasi. 3 hari setelah bujukanku,akhirnya Rere mau dioperasi.Aku ingat wajah pucatnya sebelum memasuki ruang operasi.
"Aku takut,Cha..aku takut jika terbangun nanti tak akan bisa lagi melihatmu juga melihat papa dan aku takut jika aku terbangun,aku sudah berada di tempat lain.. Aku takut,Cha"
"Optimis! Berdo'a selalu demi kelancaran operasimu,dan berjanjilah akan terbangun kembali nanti"
"Aku berjanji..." Ucap Rere yang kesadarannya menurun,efek dari obat bius.
Dan sampai sekarang,aku masih menunggu harapan dari sahabatku itu.
"Saudari Chaca, pasien ingin bertemu dengan anda" ucap seorang perawat di depan pintu ruang operasi.
Rere telah selesai dioperasi dan ia menepati janjinya untuk terbangun kembali.Kutatap Rere dalam balutan baju operasi serta selang-selang medis yang menempel dibeberapa bagian tubuhnya sedangkan rambut pendeknya sudah tak ada.
Lemas Rere bergumam pelan dan aku mendekatkan telinga serta menggenggam lengannya, "Aku menepati janjiku dan aku sudah berusaha.. Kamu sahabat pertama dan terakhir dihidup aku.."
"Sampaikan salam sayangku pada papa,sampaikan maafku telah jadi anak durhaka yang tak pernah mau menuruti nasehatnya,bahkan aku membencinya.." Rere tersenyum, "Makasih,Cha,makasih.. Kamu yang bikin punya tujuan untuk hidup walaupun sudah terlambat.Kamu yang ajarin aku untuk tetap kuat,jadi kamu juga jangan cengeng.. A-aku sayyang kha-kamu.." Perlahan namun pasti kedua mata Rere tertutup dan lengannya terlepas dari genggamanku.
"Aku,aku gak bisa Re! Aku gak bisa nahan air mataku melihat sahabatku seperti ini! Bangun,Re! Nanti sore pasti akan turun hujan dan kita bisa berlarian dibawah hujan itu! Bangun,Re!" Tangisku pecah seketika. Selama beberapa detik kedua mata Rere terbuka dengan seulas senyum tipis lalu tertutup kembali untuk selama-lamanya.
"Rere!!!"
***

Related Posts:

Cerita Lucu Abis: Fotografer Bayi



Sepasang suami istri yang sulit punya anak akhirnya memutuskan untuk menggunakan pendonor sperma.

Di hari H, suami berkata, "Sayang, dia datang sebentar lagi, jadi tunggu aja. Aku pergi dulu.."

"Baik Pa, aku tunggu di teras saja yah..", sahut istri harap2 cemas.

Tak lama berselang, datang seorang fotografer bayi yang kebetulan lewat mencoba untuk menawarkan jasa fotografi.

Fotografer: "Pagi, Mbak! Saya datang untuk.....

"Oh, langsung saja, Mas. Saya sudah menunggu Mas," potong istri.

Fotografer: "Benarkah? Wah, spesialis saya adalah bayi."

"Ya, itu yang kami butuhkan..."

Melihat si fotografer sedang mengambil sesuatu, istri bertanya dengan malu2, "Kita mulai dari mana ya?"

Fotografer: "Serahkan pada saya, Mbak. Saya ahlinya. Saya akan mulai 2x di bathtub, 3x di sofa & 5x di kasur. Di ruang keluarga asyik juga, bisa benar2 leluasa!"

"Bathtub, sofa? sampai berkali kali, Mas??? Pantas saya & suami selalu gagal"

Fotografer: "Ya, Mbak, tidak ada yang bisa menjamin kesempurnaan. Tapi, kalau kita coba banyak posisi yang berbeda2 & menembak 6 sampai 7 sudut yang berbeda, saya yakin Mbak akan puas sekali"

"Hah! Banyak sekali..," teriak istri.

Fotografer: "Saya harus gunakan waktu semaksimal mungkin, Mbak. Sebenarnya bisa saja hanya 5 menit, tapi takutnya Mbak akan kecewa.."

"Baiklah..." kata istri.

Fotografer mengeluarkan album foto2 bayi, hasil jepretannya. "Ini dilakukan di atas bus!"

"Apaaa!? Diatas bus???"

Fotografer: "Iya, Mbak. Bayi kembar itu termasuk sangat bagus, mengingat Ibunya yg sangat sulit"

"Sulit?" tanya istri mulai bingung & takut.

Fotografer: "Yup, akhirnya harus ke taman untuk memuaskanya. Banyak yang melihat & menonton..."

"Ada yang melihat & menonton?" tanya istri sangat kaget.

Fotografer: "Iya, Mbak. 3 jam lebih. Ibu itu berteriak2. Sangat sulit bagi saya untuk konsentrasi. Sekarang kalau Mbak sudah siap, saya akan pasang tripod"

"Tripod??? Untuk apa???"

Fotografer: "Iya, saya harus gunakan tripod untuk menopang 'Alat' saya, terlalu berat kalo lama2. Mbak........!! Mbak.........Mbak....!!! Lho kok malah pingsan sih???"

.
.

Taken from:  http://ceritalucu.gen22.net/2015/08/cerita-lucu-abis-fotografer-bayi.html

Related Posts:

Cerita motivasi bijak – bibit tanaman


Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”
Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.
Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”
Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

Related Posts:

Cerita Motivasi – Cangkir yang Cantik


Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.


 Taken from: http://lifeblogid.com/2015/01/03/kumpulan-cerita-motivasi-kehidupan-dan-kisah-inspiratif-bijak/7/

Related Posts:

[TIPS] memilih penerbit yang cocok



Memilih penerbit yang cocok dengan naskah yang kita tulis itu gampang-gampang susah. Penerbit kan banyak, kenapa naskah saya ditolak? Perasaan naskah saya nggak kalah bagus dibanding novel-novel yang sudah terbit dan beredar. Apa yang salah ya?

Tenang, Penerbit di Indonesia memang banyak, tapi apakah naskah kita dikirim ke penerbit yang tepat? Di sanalah masalahnya. Meski penerbit  banyak sekali, kita tidak bisa menyamaratakannya begitu saja. Setiap penerbit memiliki kekhususan masing-masing. Artinya, satu sama lain belum tentu menerbitkan spesifikasi buku yang sama. Katakanlah, Penerbit A menerbitkan novel, Penerbit B juga menerbitkan novel. Tapi, apakah novel yang diterbitkan kedua Penerbit tersebut sama? Belum tentu. Penerbit A bisa saja hanya menerbitkan novel-novel bertema inspiratif, sedangkan Penerbit B hanya menerbitkan novel roman remaja. Beda sekali, bukan? Jadi, kalau kamu mengirimkan naskah novel seputar dunia remaja ke penerbit A, bisa jadi naskah kamu akan langsung ditolak. Bukan karena tidak bagus, tapi karena genre naskah tersebut tidak diterbitkan Penerbit A. Artinya pula, naskah roman remaja kamu tidak akan pernah berjodoh dengan penerbit A.

Kesalahan memilih penerbit  ini biasa terjadi pada sebagian penulis baru (termasuk saya dahulu). Tanpa melihat spesifikasi penerbitnya, sebuah naskah dikirimkan begitu saja. Tidak heran kalau jawaban yang ditunggu tidak pernah sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, Naskah Ditolak! Salah siapa?  Yang jelas bukan salah editor atau penerbitnya. Salah kita yang tidak saksama sebelum mengirimkan naskah tersebut.

Beberapa kali naskah saya pernah mengalami penolakan di sebuah penerbit, tetapi kemudian lolos di penerbit berikutnya. Itu membuktikan kalau ditolak bukan berarti naskah kita tidak bagus, tapi karena kita belum mendapatkan jodoh penerbit yang pas dan cocok.

Jadi, bagaimana caranya agar naskah kita tidak salah memilih penerbit? Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan agar –setidaknya, naskah kita tidak benar-benar salah tujuan.
  •  Pelajari Penerbit yang akan dituju
Mempelajari karakterisasi sebuah (atau banyak) penerbit akan sangat membantu dalam memilah dan memilih penerbit yang cocok untuk naskah kita. Sekarang ini, hampir seluruh penerbit memiliki website sendiri [kalaupun tidak, pasti memiliki akun di halaman facebook]. Coba perhatikan katalog buku terbitan penerbit tersebut, apakah salah satunya memiliki genre yang sama dengan naskah yang kita tulis? Kalau ya, bisa jadi penerbit tersebut menerima kiriman naskah serupa. Kalaupun kita mengirimkan naskah ke sana, kita tidak akan salah alamat.
  •   Pelajari Ragam Penerbit di Toko Buku
Kalau ingin menjadi seorang penulis tentu harus mengakrabkan diri dengan toko buku. Penulis tidak pernah jalan-jalan ke toko buku? Yay, memalukan! Yang jelas, di toko buku kita akan berhadapan langsung dengan karya nyata para penerbit. Mau penerbit apa dan penerbit mana? Mau buku yang tampilannya seperti apa dan harga berapa? Semuanya ada. Kita bisa memilah-milih setiap penerbit dari buku yang bertebaran. Kita memiliki naskah apa yang ingin dikirim? Sebuah naskah roman remaja? Ayo, cek di deretan rak novel-novel remaja. Perhatikan novel-novel yang berjajar, ambil novel yang sekiranya sejenis dengan naskah kita, lalu lihatlah siapa penerbitnya. Catat atau ingat-ingat nama dan alamat penerbitnya. Ke sanalah naskah kamu bisa segera dikirimkan.
  • Baca banyak karya
Tentu saja. Membaca beragam jenis buku keluaran dari berbagai penerbit akan lebih mengenalkan kita terhadap suatu penerbit. Novel remaja saja banyak sekali ragamnya. Kita mungkin tidak bisa membedakan masing-masing buku dari judulnya, tapi kita bisa membedakan dari isinya. Setelah banyak membaca, jangan heran kalau tiba-tiba saja kita menyadari; “Oh, penerbit C menerbitkan cerita seperti ini, toh?” atau “Oh, Penerbit D hanya menerbitkan cerita-cerita remaja yang kental dengan unsur islaminya toh?” Semua itu baru bisa ketahui kalau kita sudah membaca bukunya! Membaca judul atau sinopsisnya saja tidak akan bisa menjabarkan keseluruhan isi bukunya lho. Membaca banyak buku dari beragam penerbit bisa lebih meyakinkan kita kalau; “Oh, ternyata naskahku lebih cocok untuk Penerbit X!”

  • Menghubungi Editor/Penerbitnya
Mencari jodoh itu memang tidak mudah. Dibutuhkan usaha terlebih dahulu sebelum kita mengenal calon jodoh kita. Eits, ini tidak hanya dalam pencarian jodoh hidup lho, dalam perjodohan naskah pun harus begitu. Selain cara-cara yang sudah disebutkan sebelumnya, tak ada salahnya kita pun 'mendekati' orang-orang yang ada di penerbit yang bersangkutan. Cara paling simpel adalah mengirimkan email ke penerbit tersebut; menanyakan apakah mereka menerima naskah genre tulisan  yang kita buat? Sulit mendapatkan jawaban dari mereka? Oke, dengan kesibukan yang menggunung, atau karena begitu banyaknya email senada yang masuk ke inbox mereka membuat email kita bisa saja terselip dan luput dibalas.

Tenang, cari jalan lain. Gunakan media facebook atau twitter. Add akun penerbit atau mereka yang bekerja di penerbit tersebut, lalu tanya baik-baik tentang kemungkinan mengirim naskah kamu ke penerbit tersebut. Pengalaman saya, mereka sangat welcome menjawab pertanyaan kita kok. Saya sering membaca wall di sebuah Penerbit dari para pembaca/penulis dengan pertanyaan seperti ini; "saya punya naskah teenlit, apakah penerbit XXX ini menerima genre seperti itu?" dengan ramah pengelola akun penerbit akan memberikan reply; "Mohon maaf, kami tidak menerbitkan teenlit." Langsung clear permasalahannya kan? Tinggal kita bertanya ke penerbit lainnya.

  • Bertanya ke Penulis Lainnya
Cara yang lebih ampuh lainnya adalah dengan bertanya kepada penulis lain yang sudah menerbitkan naskah di penerbit yang kita tuju. Add akun facebook atau twitter mereka terlebih dahulu kalau belum berteman. Kirim email juga bisa dilakukan kalau sudah ada alamat emailnya. Tanyakan baik-baik mengenai kriteria naskah di penerbit tertentu (yang penulis tersebut sudah menerbitkan karyanya di sana) di wall atau emailnya. Jangan bete kalau ternyata wall atau email kamu tidak dibalas juga. Setiap  orang pasti punya kesibukan tersendiri. Daripada marah-marah nggak jelas, lebih baik cari penulis lain yang mau membantu.
  • Ikut komunitas/grup Penulisan
Di facebook sekarang ini banyak sekali grup-grup penulisan yang berisi para penulis berpengalaman. Selain berbagi tips-tips penulisan, terkadang ada sharing juga mengenai kiat-kiat mengirimkan naskah ke penerbit. Kadang ada pula info-info tentang lomba penulisan atau penerbit yang sedang membutuhkan kiriman naskah. Coba lihat, apakah info tersebut cocok dengan tulisan kamu? Di grup ini kamu pun bisa bertanya banyak hal yang belum kamu ketahui tentang dunia penulisan dan penerbitan.
Ayo segera gabung, tidak ada ruginya kok. Kamu justru akan semakin memiliki banyak pengetahuan dan teman penulis untuk saling berbagi.
  • Uptodate
Karena dahulu dikenal sering menerbitkan novel teenlit, saya pernah ngobrol via facebook dengan editor penerbit tersebut. Saat itu saya mengatakan bahwa saya memiliki sebuah novel teenlit. Ternyata, apa yang saya dapatkan? Editor tersebut mengatakan bahwa mereka sudah tidak menerbitkan teenlit lagi sekarang. Nah, beruntung kan saya sempat nanya sebelum mengirimkan naskahnya? Dari obrolan tersebut saya akhirnya bisa tahu naskah-naskah dengan tema apa saja yang sebenarnya sedang mereka cari saat itu.

Ada lagi. Seorang teman mengeluhkan naskahnya belum juga mendapatkan jawaban lolos atau tidaknya dari sebuah penerbit. Padahal dia sudah mengirimkannya lama sekali. Setelah ditelusuri, ternyata alamat penerbit tersebut sudah pindah bertahun lalu! Dia masih mengirimkan naskahnya ke alamat penerbit yang lama! Oalaaah ... bagaimana naskah kita bisa mendapatkan balasan kalau alamatnya saja masih alamat yang dulu?

Dari sini kita bisa melihat kalau kita pun harus melek informasi terbaru tentang Penerbit yang dituju. Untuk mendapatkan alamat penerbit cukup mudah kok. Browsing saja, atau buka website mereka. Setiap Penerbit pasti mencantumkan alamatnya kok. Cara lain adalah dengan melihat cover belakang novel/buku terbitan mereka. Jangan lihat alamat mereka di buku terbitan lama, karena siapa tahu alamat mereka sudah tidak di sana lagi. Ambilah buku terbaru dan catat alamat yang ada di belakang bukunya.
Sumber: http://iwok.blogspot.co.id/2011/07/tips-memilih-penerbit-yang-cocok.html

Related Posts:

Powered by Blogger.

About me

AKU- Cewek cerewet penyuka buku dan musik. Seorang dreamer yang gak pernah berhenti berjuang menggapai mimpinya. seseorang yang bercita-cita menjadi seorang yang famous ^_^

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

My Blog List

Pages

Flickr Images

Like us on Facebook